![]() |
| Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara AKBP A. Karim Samandi |
KENDARI - Seorang provos Polresta Kendari Bripka Sucipto yang menjadi
korban bentrokan antara mahasiswa dan polisi beberapa waktu lalu di
simpang jalan HEA Mokodompit kelurahan Bende kecamatan Poasia semakin
mumburuk. Pasalnya bola mata sebelah kiri akan dioperasi di rumah sakit
Wahidin Makassar Sulawesi Selatan.
“Provos polresta Kendari Bripka Sucipto saat ini di rumah sakit Wahidin, bola matanya harus diangkat karena mempengaruhi mata sebelah kanan, jika matanya tidak diangkat maka bisa merembek ke syaraf, nah siapa yang harus bertanggunjawab terhadap korban,” ungkap Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara AKBP A. Karim Samandi Selasa (25/6/2013) di Kendari.
Karim menambahkan, peristiwa itu terjadi saat sekelompok mahasiswa universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara telah melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan BBM. Saat mereka pulang pihak kepolisian melakukan pengawalan hingga di Jalan HEA Mokodompit.
Di jalan tersebut, sekelompok mahasiswa diduga melempari pos polisi yang ada di jalan HEA Modompit yang tidak jauh dari kampus universitas haluoleo. Polisi yang mengawal mahasiswa, spontan kaget dan berusaha mengejar oknum mahasiswa yang diduga melakukan pelemparan pos polisi namun mendapat lemparan lagi sehingga, mengenai pelipis mata Sucipto.
“Mata kiri Sucipto yang terkena batu, bisa buta karena mau diangkat, dioperasi. Kalau tidak diangkat atau dioperasi maka mempengaruhi organ lain yang ada di bagian kepala diantaranya bagian syaraf,” terang Karim.
Sementara empat korban di pihak mahasiswa mengalami luka serius karena tindakan refresif oknum polisi. Salah satu diantara korban bernama Iqbal mengalami keretakan tengkorak. Iqbal diduga terkena stick strom dan terinjak bagian kepala. Selain itu sejumlah mahasiswa ditangkap dan ditahan di polres Kendari.
Selain Mahasiswa dan polisi jadi korban, wartawan harian rakyat Sultra La Ismeid juga mengalami penganiayaan. Penganiayaan diduga dilakukan puluhan polisi yang berada dilokasi bentrok. Ismeid mengalami luka bagian kepala dengan tujuh jahitan serta luka bagian dahi dengan tiga jahitan. Saat ini korban masih dirawat intensif di rumah sakit Bhayangkara. Seluruh biaya ditanggung pihak kepolisian.
Bukan cuma Ismeid korban dari pihak media, wartawan harian kendari pos Suwarjono alias Jhojon ikut menjadi korban. Jhojon sempat mendapat pukulan dengan pentungan polisi yang mengakibatkan lensa kamera yang dimiliki Jhojon retak. Belum diketahui siapa yang bertanggungjawab atas keruskan kamera wartawan.
“Provos polresta Kendari Bripka Sucipto saat ini di rumah sakit Wahidin, bola matanya harus diangkat karena mempengaruhi mata sebelah kanan, jika matanya tidak diangkat maka bisa merembek ke syaraf, nah siapa yang harus bertanggunjawab terhadap korban,” ungkap Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara AKBP A. Karim Samandi Selasa (25/6/2013) di Kendari.
Karim menambahkan, peristiwa itu terjadi saat sekelompok mahasiswa universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara telah melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan BBM. Saat mereka pulang pihak kepolisian melakukan pengawalan hingga di Jalan HEA Mokodompit.
Di jalan tersebut, sekelompok mahasiswa diduga melempari pos polisi yang ada di jalan HEA Modompit yang tidak jauh dari kampus universitas haluoleo. Polisi yang mengawal mahasiswa, spontan kaget dan berusaha mengejar oknum mahasiswa yang diduga melakukan pelemparan pos polisi namun mendapat lemparan lagi sehingga, mengenai pelipis mata Sucipto.
“Mata kiri Sucipto yang terkena batu, bisa buta karena mau diangkat, dioperasi. Kalau tidak diangkat atau dioperasi maka mempengaruhi organ lain yang ada di bagian kepala diantaranya bagian syaraf,” terang Karim.
Sementara empat korban di pihak mahasiswa mengalami luka serius karena tindakan refresif oknum polisi. Salah satu diantara korban bernama Iqbal mengalami keretakan tengkorak. Iqbal diduga terkena stick strom dan terinjak bagian kepala. Selain itu sejumlah mahasiswa ditangkap dan ditahan di polres Kendari.
Selain Mahasiswa dan polisi jadi korban, wartawan harian rakyat Sultra La Ismeid juga mengalami penganiayaan. Penganiayaan diduga dilakukan puluhan polisi yang berada dilokasi bentrok. Ismeid mengalami luka bagian kepala dengan tujuh jahitan serta luka bagian dahi dengan tiga jahitan. Saat ini korban masih dirawat intensif di rumah sakit Bhayangkara. Seluruh biaya ditanggung pihak kepolisian.
Bukan cuma Ismeid korban dari pihak media, wartawan harian kendari pos Suwarjono alias Jhojon ikut menjadi korban. Jhojon sempat mendapat pukulan dengan pentungan polisi yang mengakibatkan lensa kamera yang dimiliki Jhojon retak. Belum diketahui siapa yang bertanggungjawab atas keruskan kamera wartawan.





