• Jelajahi

    Copyright © Swarasultra.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan 1

    Iklan 2

    Korupsi

    Bank Sultra Raih Top Bank 2025 di Ajang Bergensi, Komitmen Bangun Ekonomi Daerah

    Redaksi Swarasultra.com
    Selasa, 03 Juni 2025, 23.04.00 WITA Last Updated 2025-06-03T15:04:24Z

    Bank Sultra raih Top Bank 2025 di ajang bergensi Nasional. (Foto : Istimewa)
    Swarasultra.com, Jakarta - Bank Sultra kembali mengukir prestasi di tingkat nasional dengan menyabet penghargaan Top Bank 2025 dalam kategori Total Capital Rp3 Triliun. Penghargaan ini diberikan dalam ajang bergengsi 6th Indonesia Top Bank Awards 2025, yang digelar oleh The Iconomics Media bersama Axia Research di Auditorium Kementerian Perdagangan RI, Jakarta.

    Penghargaan ini menjadi bentuk pengakuan atas kinerja perbankan selama tahun 2023, yang dievaluasi berdasarkan dua aspek utama: Profitabilitas dan Rentabilitas, dengan bobot masing-masing 60% untuk indikator keuangan dan 40% untuk pertumbuhan kinerja keuangan. Hasil evaluasi ini dibandingkan antar bank dalam kelompok Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) yang selevel.

    Waode Nurhuma, Kepala Divisi Corporate Secretary Bank Sultra, menerima langsung penghargaan tersebut atas nama manajemen. Sementara itu, Ronal Siahaan, Direktur Pemasaran Bank Sultra, menyampaikan rasa bangga atas pencapaian ini.

    “Penghargaan ini menjadi bukti nyata bahwa Bank Sultra terus menunjukkan kinerja yang sehat, stabil, dan adaptif terhadap dinamika ekonomi nasional maupun global,” kata Ronal.

    Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkontribusi terhadap keberhasilan ini, mulai dari nasabah hingga pemegang saham dan tim internal. “Kami berterima kasih atas kepercayaan masyarakat, dukungan pemegang saham, dan dedikasi seluruh insan Bank Sultra. Prestasi ini akan menjadi pemacu semangat kami untuk terus berinovasi dan memberikan layanan terbaik, khususnya dalam memperkuat peran Bank Sultra di sektor keuangan daerah,” tambahnya.

    Bank Sultra menegaskan bahwa penghargaan ini akan menjadi motivasi untuk terus memperkuat Good Corporate Governance (GCG), memperluas inklusi layanan keuangan, serta mendukung pembangunan ekonomi regional secara berkelanjutan.

    Peran Koperasi Sorotan Utama dalam Forum Ekonomi Nasional

    Sebagai bagian dari peringatan 6 Tahun Indonesia Top Bank Awards, turut digelar pula Economic & Business Forum 2025 yang mengangkat tema: “Mitigate the Risks of Proxy War and Trade War for Indonesia.” Forum ini membahas tantangan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

    Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM, Herbert Siagian dalam sambutannya menekankan pentingnya penguatan koperasi sebagai fondasi ekonomi masyarakat. Ia menyampaikan target ambisius pembentukan 80.000 Koperasi Merah Putih di setiap desa dan kelurahan hingga akhir Juni.

    “Koperasi ini diharapkan menjadi solusi bagi permasalahan permodalan, rantai usaha yang panjang, dan membantu konsumen mendapatkan harga yang lebih berkeadilan, serta menjadi pusat ekonomi yang mendukung program Astacita,” jelasnya.

    Founder & CEO The Iconomics, Bram S. Putro menyambut positif upaya tersebut dan menambahkan bahwa keberhasilan koperasi sangat ditentukan oleh penguatan sistem tata kelolanya.

    Sementara itu, Sudarto, Staf Ahli Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan, menyoroti dampak ketegangan perdagangan global, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok. "Meskipun ada indikasi de-eskalasi, ketidakpastian masih tinggi. Tapi kami mengapresiasi resiliensi ekonomi Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan ekspor dan kebijakan pemerintah yang pro-rakyat,” ujarnya.

    Seto Wardono, Direktur Grup Riset dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), juga membagikan analisis terkait perubahan pola dagang Indonesia.

    Ia menyampaikan bahwa pada 2024, Tiongkok menjadi mitra dagang utama Indonesia, menggeser posisi Amerika Serikat. Meski ekspor ke AS masih tinggi untuk barang jadi, ekspor ke Tiongkok lebih banyak dalam bentuk bahan mentah seperti lemak/minyak nabati yang mencapai 40,39%. Seto juga menyoroti tarif listrik sebagai indikator penting terhadap inflasi domestik.

    Forum ini menegaskan bahwa penguatan ekonomi nasional tidak bisa lepas dari strategi kebijakan fiskal yang inklusif dan sinergi antar pemangku kepentingan, termasuk dalam negosiasi dagang dan pemberdayaan koperasi. (Red)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini