Swarasultra.com, Kendari - Rapat DPRD Sultra, Rabu (29/8) dengan agenda membahas pengaspalan sejumlah ruas jalan penghubung antar Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton di gedung DPRD setempat berakhir ricuh. Bahkan pimpinan dewan nyaris saling pukul.
Saat Kadis PU Sultra, Dody Purwato Djalate menjelaskan tentang keterlambatan pencairan dana PPIP (pusat pinjaman investasi pemerintah) dihadapan anggota dewan dan pendemo dari gerakan mahasiswa dan pemuda untuk rakyat (Gempur). Tiba-tiba Wakil ketua DPRD Sultra, Sabaruddin Labamba membanting mikrophone, ketika menginterupsi ketua DPRD Sultra, La Ode Rusman Emba yang sedang memimpin sidang dewan.
Tak terima dengan aksi itu, Ketua Dewan membanting gelas yang ada di mejanya. Hal ini malah memicu kemarahan anggota dewan lainnya yang juga ketua fraksi PAN DPRD Sultra, Suwandi Andi dengan membanting mikrophone dan ketua dewan membalasnya dengan membanting meja sidang.
Akibatnya para peserta rapat yang seharusnya mencari solusi untuk pengaspalan jalan di Kabupaten Muna dan Buton bubar dan berakhir tanpa keputusan. Para Kadis dan beberapa anggota dewan meninggalkan ruang rapat dewan.
Salah satu anggota DPRD Sultra, Ryha Madi menyesalkan kejadian tersebut. "Tak selayaknya anggota dewan menunjukkan emosi yang berlebihan dihadapan eksekutif dan para demonstran. Hal itu malah mencoreng citra anggota dewan yang menyandang predikat yang terhormat," ujaranya usai sidang.
Sementara itu, para pengunjuk rasa dari Gempur mengatakan, sikap anggota dewan tak lebih seperti kumpulan anak TK (Taman Kanak-kanak) yang tidak punya etika dan bertanggungjawab terhadap masyarakat yang diwakilinya. "Jangan pilih lagi anggota dewan seperti itu, kerjaanya buat malu saja," ungkap perwakilan Massa Gempur, Munawir. (adm)
Tak terima dengan aksi itu, Ketua Dewan membanting gelas yang ada di mejanya. Hal ini malah memicu kemarahan anggota dewan lainnya yang juga ketua fraksi PAN DPRD Sultra, Suwandi Andi dengan membanting mikrophone dan ketua dewan membalasnya dengan membanting meja sidang.
Akibatnya para peserta rapat yang seharusnya mencari solusi untuk pengaspalan jalan di Kabupaten Muna dan Buton bubar dan berakhir tanpa keputusan. Para Kadis dan beberapa anggota dewan meninggalkan ruang rapat dewan.
Salah satu anggota DPRD Sultra, Ryha Madi menyesalkan kejadian tersebut. "Tak selayaknya anggota dewan menunjukkan emosi yang berlebihan dihadapan eksekutif dan para demonstran. Hal itu malah mencoreng citra anggota dewan yang menyandang predikat yang terhormat," ujaranya usai sidang.
Sementara itu, para pengunjuk rasa dari Gempur mengatakan, sikap anggota dewan tak lebih seperti kumpulan anak TK (Taman Kanak-kanak) yang tidak punya etika dan bertanggungjawab terhadap masyarakat yang diwakilinya. "Jangan pilih lagi anggota dewan seperti itu, kerjaanya buat malu saja," ungkap perwakilan Massa Gempur, Munawir. (adm)
