Swarasultra.com, Kendari - Halaman Mesjid Agung Al-Kautsar Kendari, Sulawesi Tenggara, menjadi pasar dadakan yang digelar setiap hari Jumat.
Pantauan Swarasultra.com, Jumat (25/1/2013) para jamaah yang akan melakukan salat dan selesai salat Jumat berjamaah, terlihat mengerumuni aneka dagangan yang disuguhkan para pedagang. Mulai dari pakaian, peci, minyak wangi, obat herbal, cincin, sandal, VCD lagu-lagu islam, aksesoris handphone, bibit tanaman buah-buahan dan makanan. Barang dagangan tersebut hanya dihamparkan diatas kain terpal.
"Suasana seperti ini sudah berlangsung sejak lima tahun lalu. Setelah salat jumat, kita bisa lihat dan belanja yang dibutuhkan. Jadi itulah enaknya salat jumat di Masjid Agung, barang-barangnya juga murah" ujar Syam Abdul Jalil, salah satu jemaah salat Jumat.
Menurutnya, dengan adanya pasar setiap salat Jumat juga menguntungkan para jemaah yang tidak menggunakan peci atau minyak wangi saat salat jumat.
Ditempat yang sama, Herman salah seorang pedagang minyak wangi menjelaskan, sejak adanya pasar jumat ia bersama rekan pedagang yang lain merasa diuntungkan. Sebab tidak perlu membayar retribusi dan membangun lapak jualan.
“Pengelolaan mesjid tidak membebani kami biaya berjualan di halaman mesjid ini, asalkan setelah berjualan kami membersihkan. Saat salat jumat kami tinggalkan dagangan untuk salat berjemaah dan tidak ada yang mengambil barangnya,” tuturnya, usai salat Jumat.
Setiap hari jumat, Herman yang biasa berjualan di pasar Basah Mandonga, Kendari mulai menggelar dagangannya pada pukul 09.00 wita sebelum salat jumat dimulai. Sedangkan kios di tempat biasanya berjualan di jaga istrinya.
“Lumayan juga pendapatan dari hasil penjualan dagangan saya di halaman Mesjid Agung setiap Salat jumat, apabila dibandingkan jika saya menjual di pasar Mandonga,” tukasnya. (adm)
Pantauan Swarasultra.com, Jumat (25/1/2013) para jamaah yang akan melakukan salat dan selesai salat Jumat berjamaah, terlihat mengerumuni aneka dagangan yang disuguhkan para pedagang. Mulai dari pakaian, peci, minyak wangi, obat herbal, cincin, sandal, VCD lagu-lagu islam, aksesoris handphone, bibit tanaman buah-buahan dan makanan. Barang dagangan tersebut hanya dihamparkan diatas kain terpal.
"Suasana seperti ini sudah berlangsung sejak lima tahun lalu. Setelah salat jumat, kita bisa lihat dan belanja yang dibutuhkan. Jadi itulah enaknya salat jumat di Masjid Agung, barang-barangnya juga murah" ujar Syam Abdul Jalil, salah satu jemaah salat Jumat.
Menurutnya, dengan adanya pasar setiap salat Jumat juga menguntungkan para jemaah yang tidak menggunakan peci atau minyak wangi saat salat jumat.
Ditempat yang sama, Herman salah seorang pedagang minyak wangi menjelaskan, sejak adanya pasar jumat ia bersama rekan pedagang yang lain merasa diuntungkan. Sebab tidak perlu membayar retribusi dan membangun lapak jualan.
“Pengelolaan mesjid tidak membebani kami biaya berjualan di halaman mesjid ini, asalkan setelah berjualan kami membersihkan. Saat salat jumat kami tinggalkan dagangan untuk salat berjemaah dan tidak ada yang mengambil barangnya,” tuturnya, usai salat Jumat.
Setiap hari jumat, Herman yang biasa berjualan di pasar Basah Mandonga, Kendari mulai menggelar dagangannya pada pukul 09.00 wita sebelum salat jumat dimulai. Sedangkan kios di tempat biasanya berjualan di jaga istrinya.
“Lumayan juga pendapatan dari hasil penjualan dagangan saya di halaman Mesjid Agung setiap Salat jumat, apabila dibandingkan jika saya menjual di pasar Mandonga,” tukasnya. (adm)




